Detik Terakhir
“Gue nggak
ngerti kenapa Deva tiba-tiba mutusin gue, apa dia emang udah gak sayang lagi
ama gue? Atau mungkin Deva suka sama cewek lain? Tapi siapa cewek itu?” kata
Ayu, yang baru saja diputusin oleh Deva pacarnya. Mereka memang sudah lama
pacaran, tapi Ayu bingung kenapa tiba-tiba Deva mengambil keputusan untuk putus
darinya. Padahal Ayu sangat mencintai Deva, dan ia tak mau putus darinya.
Esoknya, setelah Ayu putus dari
Deva. Ayu berangkat ke sekolah dengan perasaan yang kacau. Raut mukanya
melukiskan hatinya yang kosong, kini Ayu hanya bisa mengenang masa-masa
bahagianya dengan Deva dulu. Tiba-tiba ia mendengar teriakan yang memanggil
namanya.
“Ayu…..Ayu….” Ayu menoleh kebelakang
mencoba mencari suara teriakan itu. Dan ia melihat sahabatnya, Olive. Ayu dan
Olive memang bersahabat sejak hari pertama mereka masuk ke SMU tepatnya saat
MOS.
“Ayu loe beneran putus ama Deva
kemarin? Terus kenapa Deva mutusin loe? Loe ama Deva kan udah pacaran dari dulu kenapa bisa
kandas gitu aja? Loe terima diputusin gitu aja ama Deva? Loe masih cinta kan ama
Deva?” tanya Olive bertubi-tubi pada Ayu sahabatnya itu.
“Aduh loe bikin gue makin pusing aja
deh, Liv” kata Ayu.
“Ih, loe tinggal jawab aja susah amat
sih,” sahut Olive.
“Iya, loe bawel banget,” sambung Ayu
makin terlihat sedih.
“Cepet gue penasaran nih,” jawab
Olive.
“Iya, gue udah putus ama Deva. Tapi
gue gak tahu kenapa Deva mutusin gue. Sebenernya gue masih sayang ama Deva.
Hati gue rasanya hancur berkeping-keping, Liv,” kata Ayu sambil meneteskan air
mata.
“Loe sabar ya, Yu gue pasti bantuin
loe, supaya loe bisa balikan lagi ama Deva. Gue juga yakin Deva pasti juga
masih sayang kok sama loe.” kata Olive menenangkan Ayu.
“Makasih ya, Liv loe emang sohib gue
yang paling baik sedunia,” jawab Ayu.
Satu bulan telah berlalu, perasaan
Ayu semakin gelisah, karena setelah ia putus dengan Deva, Deva tidak pernah
hadir disekolah, Deva selalu absen selama satu bulan penuh. Ayu makin khawatir
jikalau Deva kenapa-napa.
“Duh, Deva gak masuk lagi,” gerutu
Ayu dalam hati.
“Kenapa loe? Lagi mikirin pangeran
loe ya?” tanya Olive yang dari tadi melihat Ayu melamun.
“Iya, nih. Dia kok nggak masuk lagi,
sekarang udah sebulan dia gak masuk. Apa dia pindah sekolah ya?” kata Ayu.
“Ah, nggak mungkin di papan absen
tertulis kalau Deva gak masuk karena izin keluar kota, jadi Deva gak mungkin pindah sekolah.
Tapi, kalau Deva pindah sekolah pasti ada pemberitahuan dari Bapak Kepala
Sekolah,” jawab Olive.
“Loe bener juga, Liv. Tapi kenapa
keluar kotanya lama banget ya?,” kata Ayu lagi.
“Mungkin acaranya penting kali,”
jawab Olive.
“Masak ada acara yang lamanya sampai
sebulan sih, mustahil gak?” sahut Ayu.
“Loe bener juga. Gimana kalau nanti
kita cek ke rumahnya Deva, gimana?” seru Olive.
“Gue setuju!!” kata Ayu bersemangat.
Sepulang sekolah Ayu dan Olive
benar-benar ke rumah Deva, mereka ingin tahu kenapa Deva tidak masuk selama
itu, mereka kurang percaya kalau Deva hanya keluar kota. Sesampainya di rumah Deva, mereka hanya
bertemu dengan tukang kebunnya Deva, karena di rumah itu sangat sepi.
“Permisi, Pak, Devanya ada? Saya Ayu
temannya Deva,” kata Ayu dengan sopan.
“Bukannya kamu pacarnya Gung Deva?
Devanya tidak ada di rumah,” kata tukang kebun itu.
“Bukan lagi, Pak. Kita sekarang cuma
temenan aja. Kita udah putus sebulan yang lalu. Kalau boleh saya tahu Deva
dimana sekarang, Pak?” sahut Ayu.
“Deva ada di rumah sakit. Ayu nggak
tahu?” kata tukang kebun Deva. Mendengar ucapan tukang kebun itu Ayu langsung
kaget setengah mati dan terdiam sesaat. “Sakit Deva sangat parah Ayu, kata
mamanya Deva mengidap penyakit kangker otak stadium empat. Dan umurnya sudah
nggak lama lagi.” kata tukang kebun itu lagi.
“Apa?” kata Ayu kaget. “Dimana rumah
sakit tempat Deva dirawat? Tolong beritahu saya Pak, saya sangat khawatir
dengan keadaan Deva sekarang? kata Ayu terburu-buru.
“Deva dirawat di Rumah Sakit Harapan
Kita,” kata tukang kebun itu lagi.
Ayu dan Olive tanpa berfikir panjang
lagi, langsung menuju ke rumah sakit. Ayu sepanjang perjalanan hanya bisa
menangis dan kecewa, kenapa Deva tidak jujur tentang penyakitnya selama ini.
Padahal Ayu selalu jujur tentang masalahnya kepada Deva, tapi kenapa Deva tidak
pernah jujur terhadap penyakit yang dideritanya selama ini. Apa mungkin karena
ini Deva memilih putus dariku katanya dalam hati.
“Udah dong, jangan nangis terus.
Mungkin Deva gak mau ngeliat loe sedih terus, makanya dia nggak ngasi tahu loe
penyakit yang dideritanya ini,” kata Olive mencoba menenangkan Ayu yang terus
menangis sepanjang perjalanan.
“Tapi, seharusnya Deva jujur ama
gue, gue nggak bisa tenang diatas penderitaan yang dialami Deva, orang yang
paling gue cintai di bumi ini, gue nggak bisa ngelupain dia begitu aja, Liv,”
jawab Ayu sambil mengusap air matanya yang berlinang membahasi pipinya yang
halus itu.
“Gue ngerti perasaan loe, tapi loe
nggak harus nangis gini. Kalo Deva ngeliat loe dia juga bakalan ikut sedih.
Deva kan
masih cinta sama loe,” kata Olive lagi. Ayu hanya terdiam.
Tak lama
kemudian mereka sampai di Rumah Sakit. Lalu mereka berlari menuju kamar Deva,
Deva tidak sendirian dia ditemani sahabatnya Ray dan Alvin yang juga akrab dengan Ayu dan Olive
beserta keluarganya.
“Deva……,”
seru Ayu dari ambang pintu, dia terkejut melihat Deva yang tergulai lemah di
atas tempat tidur. Mukanya pucat. Ayu tak kuasa menahan air matanya, lalu
berlari memeluk Deva dengan eratnya, Deva hanya bisa tersenyum manis dan
mendekap tubuh Ayu yang mungil.
“Dev,
kenapa kamu ndak jujur sama penyakit yang membuat kamu sangat menderita ini
kepadaku, padahal aku ini kan pacarmu, kamu perlu tahu saat kamu mutusin aku secara
tiba-tiba dan kamu absen selama sebulan penuh, perasaan resah, gelisah, sedih,
kecewa berkecamuk menjadi satu. Setiap hari aku hanya bisa menangis dan
menangis. Sekarang aku ingin tahu kenapa kamu gak jujur sama aku?” tanya Ayu
menahan kesedihan kepada Deva.
“Maafin
aku, Yu. Aku hanya nggak ingin kamu sedih ngeliat kaeadaanku sekarang, tapi apa
boleh buat kamu udah liat kan
keadaanku. Aku sakit, sakit parah. Lebih baik kamu tinggalin aku sekarang sebelum kamu menyesal, umurku udah
nggak lama lagi, aku akan pergi dan mungkin tak kembali,” kata Deva lemah.
Ayu
menggelengkan kepalanya. “Gak, kamu gak bisa ninggalin aku sendirian aku gak
bisa hidup tanpa kamu, kamu adalah semangat hidupku. Aku yakin kamu pasti bisa
bertahan, demi aku dan hubungan kita,” Ayu mencium kening Deva dan menatap
matanya dengan penuh kesedihan.
“Aku juga
sangat mencintaimu Ayu, yang bisa membuat aku bertahan sampai sekarang itu
kamu, tanpa kamu yang hadir mewarnai hari-hariku mungkin aku sudah pergi dari
dulu dan kita ndak mungkin bisa saling mencintai. Selamat tinggal Ayu, aku akan
selalu mencintaimu….,” itu adalah kata terakhir yang bisa terucap dari bibir
Deva, lalu dia memejamkan matanya dan diam. Dia pergi, pergi tuk selamanya
meninggalkan Ayu perempuan yang sangat dicintainya beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya Alvin dan Ray.
Seisi
ruangan saat itu menangis melihat orang yang selama ini menjadi kebanggaan
keluarga dan teman-temannya itu pergi tuk selamanya. Ayu adalah orang yang
paling berduka saat itu, sampai tidak bisa berkata apapun juga lalu pingsan tak
bisa menerima kenyataan bahwa orang yang mengisi hatinya selama ini telah
tiada. Pergi meninggalkannya, kini hanya tinggal kenangan indah yang ada di
benak Ayu. Kenangan itu akan selalu ada sampai ajal akan menjemputnya kelak.
Itu janjinya kepada Deva saat mereka bersama dulu.
Sebulan
setelah kematian Deva, Ayu masih merasa kehilangan. Dia merasa separuh dari
jiwanya hilang. Dia tak berdaya. Dia hanya bisa menangis, menangis, dan
menangis setiap hari. Tak makan, tak minum, tak tidur, dia hanya memikirkan
Deva dan kenangan indahnya bersama Deva dahulu saat mereka masih bersama.
Suatu
ketika saat Ayu bersedih, tiba-tiba….. Ayu terjatuh dari tempat duduknya, ia
lemas karena sudah berhari-hari ia tidak makan dan minum sedikitpun. Mamanya khawatir
dan segera melarikan Ayu ke Rumah Sakit ditemani mamanya Deva yang telah
menganggap Ayu seperti anaknya sendiri. Tak lama Ayu diperiksa, dokter keluar
dengan menggelengkan kepalanya.
“Bagaimana
keadaan anak saya, Dok?” tanya mamanya.
“Maaf, Bu.
Kami sudah melakukan yang terbaik untuk anak Ibu, tapi Tuhan berkehendak lain,”
kata Dokter yang menangani Ayu.
“Maksud
dokter Ayu telah tiada,” kata mamanya Deva.
“Iya, Bu.
Maafkan kami. Keadaan Ayu sangat lemah. Hal ini terjadi mungkin karena ia tidak
makan dan minum. Hingga kami tak bisa menyelamatkannya lagi,” kata dokter lagi.
Kedua mama
itu menangis mereka telah kehilangan kedua orang yang paling berharga dalam
hidup mereka, yaitu Deva dan Ayu.
“Mengapa
akhirnya menjadi seperti ini,” keluh mamanya Ayu.
“ Mungkin
ini kehendak Tuhan,” kata mamanya Deva.
Begitulah
akhir dari kisah percintaan Deva dan Ayu. Meskipun akhirnya keduanya meninggal,
tapi cinta yang telah mereka bina selama bertahun-tahun lamanya akan tetap
bersemi dan tecatatat dalam sejarah
cinta, dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang telah mengenal dan
mengerti apa itu CINTA.
~ TAMAT ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar